Sejumlah media sosial kini memilih untuk menampilkan konten berdasarkan algoritme, sebut saja Facebook, Instagram, bahkan Twitter. Ada yang menyambut baik penggunaan algoritme di media sosial, ada juga yang menyambut dingin kehadirannya.
Hal itu terjadi karena adanya anggapan bahwa algoritme akan mengurangi jumlah orang yang melihat post berbayar atau iklan. Ada juga yang khawatir algoritme dapat membuat orang melewatkan post yang berhubungan dengan bisnis atau suatu merek. Belum lagi, algoritme juga terus berubah, sehingga membuat para marketer seakan diharuskan ikut mengubah “cara bermain” mereka di media sosial.
Tapi, apakah benar keberadaan algoritme seburuk kedengarannya? Bagi para pelaku bisnis, keberadaan algoritme justru menguntungkan untuk promosi produk dan brand mereka. Apa saja keuntungan tersebut?
Lebih tepat sasaran
Algoritme bekerja dengan memperhatikan sejumlah aspek, di antaranya, interaksi kamu dengan follower atau teman tertentu, bagaimana reaksi kamu terhadap sebuah post, serta bagaimana reaksi orang lain terhadap post tertentu dan bagaimana kamu merespons posttersebut.
Tak hanya itu, algoritme juga mengetahui page yang kamu sukai, kebiasaan, dan hal-hal lainnya yang menarik bagi kamu. Sederhananya, algoritme tahu semua kebiasaan dan kesukaanmu di media sosial.
Dengan modal informasi dari algoritme ini, media sosial bakal mengubah “sajian” di linimasa kamu. Post yang ditampilkan di linimasa bukan lagi post terbaru, melainkan post yang paling relevan dengan profil yang dibaca oleh algoritme tersebut.
Bagi sebuah brand, tentu hal ini cukup menguntungkan karena post yang kamu buat memiliki peluang tinggi untuk ditunjukkan hanya pada segmen tertentu saja yang sesuai dengan target.
Sebagai ilustrasi, kamu memilki startup yang menciptakan aplikasi berbagi resep masakan. Tentunya kamu ingin mengiklankan produkmu ke orang-orang yang suka memasak atau hal-hal yang berhubungan dengan kuliner. Kamu pun sering mengunggah konten berupa foto makanan yang terlihat lezat, video resep, atau tip-tip memasak.
Post tersebut akan ditampilkan ke orang-orang yang tertarik dengan dunia masak-memasak dan kuliner. Peluang aplikasimu diunduh pun lebih besar, karena yang melihat post tersebut sesuai dengan orang-orang yang menjadi target.
Post kamu tidak hilang
Tahukah kamu berapa banyak post yang akan “menyerbu” linimasa kamu ketika kamu masuk ke Facebook? Sekitar 1.500 sampai 15.000 post. Tanpa adanya algoritme, post kamu bisa “tenggelam” oleh post yang lebih baru. Kemungkinan post kamu terlewat juga cukup besar.
Sementara di Instagram, kebanyakan pengguna melewatkan 70 persen dari keseluruhan konten yang ditampilkan di linimasa mereka. Instagram menggunakan algoritme supaya para penggunanya bisa melihat 30 persen konten terbaik di linimasa mereka.
Meski demikian, ada anggapan bahwa algoritme dapat “menghilangkan” post dari sebuah merek. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya. Tanpa adanya algoritme, post kamu akan tertelan begitu saja oleh ribuan post lain yang bersaing mendapat perhatian pengguna media sosial. Ujung-ujungnya, kamu tak tahu apakah iklan produkmu dilihat oleh pengguna yang tepat atau tidak.
Dengan kata lain, algoritme hanya mengarahkan konten ke pengguna yang tepat sesuai ketertarikannya, bukan menghilangkan konten. Jumlahnya memang lebih sedikit dari jumlah pengguna media sosial yang ada, tapi fokusnya lebih jelas.
”Memanfaatkan” waktu pengguna media sosial
Algoritme dibuat untuk menampilkan post yang relevan dengan pengguna. Tujuannya agar pengguna menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial.
Bisa kamu bayangkan apabila Facebook tidak menggunakan algoritme. Orang-orang akan melihat post yang sebenarnya tidak ingin mereka lihat. Bahkan, mungkin post tersebut datang dari orang-orang yang tanpa kamu sadari berteman denganmu di media sosial. Karena banyak hal “asing” yang dirasa tidak relevan, mungkin kamu hanya akan membuka Facebook dalam hitungan menit, lalu langsung log out.
Dengan adanya algoritme, konten yang kamu lihat akan sesuai dengan ketertarikanmu. Misalnya, jika kamu tertarik dengan startup, kamu akan mendapat berita terkini dari startup favoritmu. Scroll ke bawah lagi, maka kamu akan menemukan foto teman-teman sesama pecinta startup di sebuah acara. Kemudian, kamu menemukan foto undangan pernikahan seorang teman yang aktif di media sosial.
Tiba-tiba, muncul page komunitas startup yang kamu sukai. Ketika laman tersebut kamu klik, sebuah video cerita sukses seorang founder startup pun tersaji. Kamu melihat-lihat page tersebut, lalu ada informasi menarik tentang acara startup yang ingin kamu hadiri.
Lalu, tidak terasa kamu sudah “bermain” Facebook lebih dari satu jam.
Bayangkan apabila target pengguna kamu menghabiskan waktu paling tidak satu jam di media sosial. Kamu memiliki kesempatan lebih besar untuk dilihat karena pengguna media sosial betah berlama-lama di media sosial.
Ditambah lagi kalau kamu memberikan konten yang menarik dan memiliki engagement yang bagus. Pesan brand kamu pun tersampaikan dengan baik di media sosial, dan kamu sudah berhasil “memancing” orang yang tepat
Untuk memastikan kalau kamu memanfaatkan algoritme media sosial dengan tepat, ada beberapa hal lain yang perlu kamu perhatikan, di antaranya, menciptakan engagement yang baik dengan pengunjung media sosial, meningkatkan interaksi, dan membuat post yang menarik. Ini akan membuat akun media sosial brand kamu dianggap menarik oleh algoritme dan mendapatkan kesempatan lebih besar untuk ditampilkan di linimasa.
EmoticonEmoticon