-->

Kesalahan yang Harus Dihindari Para Founder Startup Saat Membangun Produk

- Senin, Oktober 24, 2016
Salah satu fase terpenting dalam membangun startup adalah masa-masa awal ketika sang founder harus membentuk ide bisnis dan mengembangkannya menjadi sebuah produk siap pakai. Kesalahan dalam tahap itu bisa berakibat pada sulitnya startup tersebut untuk berkembang di kemudian hari.
Untuk mencegah hal yang tidak menyenangkan seperti itu, beberapa tokoh Venture Capital(VC) hadir dalam acara Roadshow Wirausaha Muda Mandiri (WMM) Yogyakarta yang berlangsung pada tanggal 13 Oktober 2016 yang lalu. Acara yang berlangsung di Jogja Digital Valley itu mengangkat tema “Bagaimana Cara Bertahan di Fase Pertama Perkembangan Startup?”

Hanya mengincar pasar yang kecil


Seorang founder, biasanya mendapat ide untuk membuat startup dari masalah yang mereka hadapi. Dan terkadang mereka langsung mencoba untuk menghadirkan sebuah solusi, meski sebenarnya tidak banyak orang yang mengalami masalah serupa.
Nazier Ariffin, Investment Analyst di Fenox VC, mengingatkan para founder untuk menghindari “jebakan” seperti itu. Menurutnya, ide untuk membuat sebuah startup harus diiringi dengan analisis yang cukup tentang berapa banyak orang yang mengalami masalah yang serupa, serta mau menggunakan solusi yang diberikan.
Hal ini menjadi sangat penting, terutama apabila kamu ingin mendapatkan dana dari VC untuk mengembangkan startup tersebut. Sebuah VC tentu akan mengincar bisnis yang bisa menjanjikan banyak keuntungan.
“Karena itu, sebelum berhadapan dengan VC, seorang founder harus mempunyai analisis tentang potensi pasar yang bisa diraih, termasuk berapa banyak kompetitor yang telah menghadirkan solusi serupa,” jelas Nazier.
Hal ini pun diamini oleh Andreas Surya, VP Portfolio & Investment di Mountain Kejora Ventures. Menurutnya, startup yang mengincar banyak pengguna punya peluang untuk mendapatkan pendanaan yang besar, serta talenta-talenta yang juga berkualitas.
“Berbeda halnya jika kamu hanya mengincar pasar yang terlalu kecil, maka kamu hanya akan mendapat pendanaan dengan jumlah yang kecil, dan tim dengan semangat yang juga tidak terlalu besar,” tutur Andreas.

Terlambat mencari masukan


Jika seorang founder telah mendapatkan ide dengan pasar yang cukup besar, maka mereka harus segera membuat produk awal yang bisa digunakan. Dinie Yulia Manahera, Head of Investment di Mandiri Capital Indonesia, mengingatkan para founder untuk langsung mencari sebanyak mungkin masukan terhadap produk yang tengah mereka buat.
“Seorang founder tidak boleh menutup diri, mereka harus mencari kritik dan saran mulai dari keluarga, teman, hingga orang yang tidak mereka kenal,” jelas Dinie.
Nazier menambahkan kalau proses pencarian masukan tersebut harus terus berjalan hingga akhirnya startup tersebut meluncurkan produk. Diharapkan, dengan cara seperti itu, produk yang diluncurkan nantinya sudah terbukti bisa berjalan dengan baik dan disukai oleh pengguna.

Memberikan terlalu banyak solusi dalam sebuah produk


Dalam membuat produk, seorang founder sebaiknya menghindari pembuatan terlalu banyak fitur dalam sebuah situs atau aplikasi. “Apabila ada 10 masalah yang ingin diselesaikan, coba mulai dengan menghadirkan solusi untuk masalah yang paling penting. Kemudian, apabila orang telah menyukai produk tersebut, barulah coba tambahkan fitur-fitur baru secara bertahap,” jelas Nazier.
Menurut Nazier, hal inilah yang dilakukan para startup besar seperti Google, Facebook, hingga Apple, di awal kemunculan produk-produk mereka.
Selain fitur yang spesifik, Dhini pun menekankan pentingnya sebuah startup untuk mempunyai respons yang cepat terhadap keluhan pelanggan. Hal ini perlu dilakukan demi mencegah menyebarnya opini negatif tentang startup tersebut.

Terlalu fokus pada mimpi jangka panjang


Sudah selayaknya sebuah startup untuk mempunyai mimpi yang besar. Sah-sah saja apabila mereka mempunyai khayalan tentang bagaimana bentuk dari produk mereka dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Namun dengan begitu cepatnya perubahan dalam bisnis startup, Andreas menyarankan parafounder untuk fokus terlebih dahulu pada jangka waktu 12 hingga 18 bulan mendatang.
Untuk melakukan hal itu, Nazier memberikan saran kepada para founder startup agar mereka memecah sebuah target jangka panjang menjadi target-target tahunan, bulanan, bahkan harian. Cara ini dinilai lebih efektif dalam menjaga konsistensi perkembangan sebuah startup.

Disadur dari : Tech In Asia Indonesia


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search